Jumat, 22 Januari 2010

Manajemen Stress (bagian 2)

Humor, A Way to Cope with Stress

Dalam mengatasi stres, kita dapat memiliki berbagai pilihan aktivitas. Kita dapat mengambil cuti beberapa saat dan menghabiskan liburan bersama keluarga. Kita dapat melakukan meditasi atau yoga. Kita dapat berolahraga atau melakukan hobi kita yang lain.

Salah satu cara terbaru yang ditemukan oleh para ahli dalam mengatasi stres adalah dengan tertawa. Menurut penelitian yang dilakukan oleh para ahli, orang dewasa lebih sedikit tertawa dibandingkan dengan anak-anak. Anak-anak dapat tertawa sebanyak 400 kali dalam satu hari, sedangkan orang dewasa hanya 15 kali. Mengapa kita jarang sekali tertawa padahal tertawa bukanlah suatu hal yang sulit?

Orang dewasa jarang tertawa mungkin disebabkan karena masalah yang dihadapi semakin banyak, sehingga menimbulkan stres. Selain itu, media massa yang ada lebih banyak menyediakan berita mengenai hal-hal yang buruk. Kematian, pembunuhan, perceraian, sepertinya menjadi makanan kita sehari-hari. Tak heran, kita lebih sedikit tertawa dibandingkan dengan anak-anak. Oleh karena itu, marilah kita lebih mengenal keuntungan yang muncul jika kita tertawa.

Ketika kita tertawa, tidak saja membuat kita terlihat lebih segar tetapi juga berpengaruh pada sistem tubuh kita. Ketika kita tertawa, otot tubuh kita menjadi lebih santai. Hal ini tentu saja memiliki efek yang baik bagi kita yang sedang mengalami stres. Selain itu, dengan tertawa tubuh kita dapat mengurangi hormon stres. Perlu kita ketahui bahwa tubuh kita mengeluarkan hormon neuroendocrine ketika kita sedang stres. Sebaliknya ketika kita tertawa, tubuh kita mengurangi hormon tersebut sehingga tubuh kita akan terasa lebih rileks.

Selain itu, ketika kita sedang stres, sistem imun tubuh kita menjadi lemah. Kita akan lebih mudah terkena penyakit, yang justru kadang menimbulkan stres baru. Oleh karena itu, banyaklah tertawa mulai saat ini. Keuntungan lain yang kita peroleh dengan tertawa adalah kita dapat meningkatkan hubungan kita dengan orang lain. Orang lain tentu akan lebih menyukai berhubungan dengan orang yang tertawa daripada orang yang selalu menampilkan wajah sedih. Oleh karena itu, marilah kita banyak tertawa mulai saat ini. Kesehatan kita akan membaik, hubungan kita dengan orang lain juga meningkat, dan satu hal yang penting stres kita dapat menurun. So, remember to have a lot laugh today!

 “Siapa sih yang nggak pernah stres di dunia ini dan siapa sih yang nggak pernah merasakan jatuh cinta di dunia ini?” Pasti kita pernah merasakan apa itu rasanya stres dan apa itu rasanya jatuh cinta. Hanya saja apa hubungan antara dua hal tersebut yang mungkin dapat kita ambil manfaatnya. Banyak sekali artikel, buku, website, majalah, penelitian, teori atau apa sajalah yang membahas mengenai arti dan penjelasan stres sama banyaknya dengan pembahasan mengenai apa itu jatuh cinta. Menurut kita mana yang menyebabkan yang mana? atau mana yang disebabkan yang mana? Atau bagaimana?

Sebenarnya pada saat kita jatuh cinta, pada saat itulah kita mengalami stres. Oke, mungkin kita sedikit bingung dengan pendapat ataupun pernyataan yang saya tulis di atas. Sebelum saya menjelaskan hubungan dan arti dari pernyataan saya di atas, sebaiknya kita sama – sama mengenal apa itu stres dan apa itu cinta.

Stres dan Jatuh Cinta?

Stres adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan psikologis. Biasanya stres dikaitkan bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruh stres tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemahnya dan rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut

Jatuh cinta itu merupakan stressor bagi kita, baik yang berasal dari dalam dan berasal dari luar tubuh kita. intinya pada saat kita jatuh cinta, kita mengalami stres. Hanya saja stres yang timbul pada setiap pribadi berbeda, jatuh cinta dapat menjadi eustres (stres positif) atau distres (stres negatif).

Contoh stres positif


Pada saat kita jatuh cinta kita merasa lebih percaya diri, tertantang atau termotivasi dan membuat diri kita merasa nyaman, performa diri yang meningkat, sistem kekebalan meningkat, menjadi kuat. Atau stres negatif pada saat kita jatuh cinta kita merasa takut, lemah, tidak percaya diri, rendah diri, kualitas diri yang berkurang, terkadang merasa cemas yang amat sangat, bahkan dapat menimbulkan frustasi yang berkepanjangan.

Apa itu jatuh cinta?

Para ilmuwan Italia melakukan penelitian terhadap 12 pria dan 12 wanita yang jatuh cinta dalam 6 bulan terakhir. Mereka menemukan, para pria ini memiliki kadar hormon testosteron lebih rendah ketimbang normal, sementara wanita memiliki kadar hormon lebih tinggi ketimbang biasanya.

“Dalam keadaan jatuh cinta, tubuh manusia secara alamiah seolah-olah ingin menghapuskan perbedaan antara pria dan wanita, agar hubungan bisa bertahan.”(KOMPAS, Jumat, 04 Juni 2004, 14:07 WIB).

Jatuh cinta adalah sebuah rasa yang dimiliki seseorang ketika melihat seseorang lainnya (biasanya dari jenis kelamin yang lain) yang menarik perhatiannya. Apabila kedua orang ini cocok dan menjadi pasangan, maka rasa ini juga masih ada pada permulaanrelasi

Proses jatuh cinta!?!?

Dari stressor lalu kita ke reaksi, nah, lalu proses apa sih yang terjadi pada diri kita? Ternyata di dalam tubuh kita mengalami proses diproduksinya beberapa zat-zat tertentu yang sedikit membius otak dan efeknya bisa disamakan dengan efek narkoba. Zat-zat tertentu ini dinamakan feromon.

Feromon adalah zat kimia yang berasal dari kelenjar endokrin dan digunakan oleh makhluk hidup untuk mengenali sesama jenis, individu lain, kelompok, dan untuk membantu proses reproduksi. Sedangkan feromon yang diproduksi oleh hormon pada manusia merupakan sinyal kimia yang berada di udara yang tidak bisa dideteksi melalui bau-bauan tapi hanya bisa dirasakan oleh VMO (alat Bantu penciuman) di dalam hidung/indra pencium. Sinyal ini dihasilkan oleh jaringan kulit khusus yang terkonsentrasi di dalam lengan. Sinyal feromon ini diterima oleh VMO dan dijangkau oleh bagian otak bernama hipotalamus. Di sinilah terjadi perubahan hormon yang menghasilkan respons perilaku dan fisiologis.

Efeknya ialah membuat seseorang kecanduan sehingga ingin melihat pasangannya atau orang idamannya sesering mungkin. Proses inilah yang disebut reaksi diri kita terhadap stressor.

Reaksi menimbulkan perubahan, dan pada saat kita jatuh cinta biasanya ada yang berubah dari diri kita. Perubahan (change) merupakan salah satu proses hidup yang berhubungan kuat dengan stres. Selain reaksi perubahan sistem di dalam tubuh kita, perubahan juga terjadi di luar tubuh kita seperti, perubahan pola makan, perbedaan detak jantung, pernafasan, hingga perubahan pola pikir atau mindset.

It’s not stress that kills us,
it is our reaction to it
 - Hans Selye -

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar