Kamis, 21 Januari 2010

Manajemen Stress (bagian 1)

Stres,satu kata yang familiar bagi kita bukan? Apakah kita sering mengalami stres? Stres sepertinya pernah dialami oleh siapapun. Entah yang tua ataupun yang muda, entah yang miskin atau yang kaya. Bahkan seorang bayi kecil yang ingin keluar dari rahim ibunya pun mengalami stres untuk pertama kali sebelum ia bertemu dengan dunia. Ia berjuang keras untuk dapat keluar dari rahim ibunya. Lansia juga dapat mengalami stres. Seorang nenek dapat mengalami stres karena ajalnya yang semakin mendekat. Seorang pengusaha muda dapat mengalami stres jika melihat indeks saham yang berubah-ubah sepanjang waktu. Remaja wanita juga mengalami stres jika datang bulan. Hal ini membuktikan bahwa stres memang sudah menjadi bagian hidup dari manusia. Stres tidak dapat Kita dihindari. Oleh karena itu, Kita-lah yang seharusnya mengkontrol stres yang datang di kehidupan Kita.

Apakah Stres Itu?
Stres dapat berarti suatu hal yang menekan kita. Stres juga dapat diartikan sebagai reaksi tubuh kepada lingkungan melalui meningkatnya tekanan internal tubuh dan tegangan antara otot tubuh. Stres yang terjadi dalam durasi yang lama dapat mendatangkan penyakit dalam tubuh. Selain penyakit, stres juga dapat mencuri kebahagiaan yang Kita miliki dalam hidup ini. Apabila Kita menjalani hidup dengan ketidakbahagiaan, tentunya hidup akan terasa lebih sulit.

Stres seringkali dikenal sebagai sesuatu yang mesti dihindari, karena membuat seseorang merasa tidak nyaman. Stres seringkali dianggap mendatangkan hal yang bersifat negatif. Demikianlah, arti stres bagi kebanyakan orang. Akan tetapi, jika Kita melihat lebih dalam lagi, sebenarnya stres tidaklah selalu bersifat negatif bagi hidup Kita. Stres bersifat negatif jika menyebabkan sistem tubuh Kita terganggu, melebihi kemampuan Kita untuk menangani stres itu sendiri, serta menimbulkan masalah pada tubuh Kita. Stres yang negatif disebut distress (Girdano, 2005). Eustress atau stres yang positif adalah stres yang menyebabkan Kita beradaptasi dan meningkatkan kemampuan adaptasi Kita. Eustress juga dapat memperingati Kita jika kemampuan Kita dalam mengangani stres sudah tidak mencukupi sehingga Kita dapat meningkatkan kemampuan coping Kita. Intinya, eustress menantang Kita untuk hidup lebih baik lagi.

Stres yang Kita alami dalam kehidupan, baik itu stres positif atau negatif, tidak dapat dihindari. Yang dapat kita lakukan adalah mengenali respon stres kita, mencari sumber stres (stressor) kita, melakukan coping strategies (menangani stres), serta mengulanginya dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan melakukan keempat tindakan tersebut, maka kita dapat mengatur stres Kita dengan jauh lebih baik serta menjalani hidup dengan lebih bahagia.

Ketika Stres Mendatangi Kita
Pernahkah Kita merasa badan Kita tiba-tiba berkeringat dingin, lidah Kita menjadi kelu, serta jantung Kita berdebar-debar saat Kita melakukan presentasi di depan banyak orang. Mungkin ketiga tkita tersebut merupakan stres yang Kita alami. Untuk dapat menangani stres secara lebih baik, Kita perlu mengenali reaksi Kita terhadap stres, sehingga Kita dapat memilih coping strategies mana yang dapat Kita lakukan.

Reaksi diri terhadap stres dapat dilihat dari empat tkita, yaitu fisik, kognitif, emosi, dan tingkah laku. Reaksi stres yang dapat dilihat melalui fisik adalah gagap dalam berbicara (sulit untuk bicara), detak jantung meningkat, kepala pusing, badan gemetaran, muntah-muntah, kesulitan bernafas, kelelahan yang berlebihan, serta kesulitan tidur.

Secara kognitif, reaksi stres yang muncul adalah berkurangnya konsentrasi, mudah lupa, munculnya pkitangan yang negatif terhadap diri sendiri, kreativitas menurun, serta hilangnya kontrol pada diri sendiri.
Sedangkan secara emosi, reaksi stres yang muncul adalah mudah cemas, cepat tersinggung, mudah marah, depresi, penatikan diri pada lingkungan sosial, mudah menangis, menurunnya rasa percaya diri, serta munculnya pkitangan negatif pada diri dan orang lain.

Dilihat dari tingkah laku, reaksi stres yang terlihat adalah tidak sabar, menjadi ceroboh, nervous laughter, menarik diri dari lingkungan sekitar, merokok, penurunan dan peningkatan nafsu makan, pemakaian obat-obatan terlarang, minum minuman beralkohol, serta munculnya tingkah laku yang bersifat agresif seperti mengemudikan mobil dengan kecepatan sangat tinggi.

Penyebab Stres Kita
Penyebab stres (stressor) kita dapat datang dari sudut kehidupan manapun. Kejadian kecil dalam hidup kita pun dapat menjadi sumber stres yang membuat hidup kita hancur. Peran kita disini adalah bagaimana kita menyusun alur berpikir dan emosi kita dalam menghadapi segala sesuatu hal yang muncul dalam kehidupan kita. Kejadian yang muncul dalam kehidupan kita sebenarnya bersifat netral, kita-lah yang memegang peranan untuk mengubahnya menjadi hal yang bersifat positif atau negatif. Namun, marilah sekarang kita mengenali aspek kehidupan apa saja yang dapat menimbulkan stres dalam kehidupan kita.

Seperti dikemukakan pada paragraf sebelumnya, stressor dapat datang dari sudut manapun. Stres dapat muncul dari berbagai aspek seperti bioecological (lingkungan), pekerjaan, serta psikososial. Dari aspek bioecological, sumber stres dibagi menjadi empat bagian, yaitu time and body rhythms, eating and drinking habits, noise polution, dan climate and altitude.

Pertama, stres akibat time & body rhythms biasanya terjadi akibat jet lag. Bagi kita yang sering bepergian ke luar negeri yang memiliki jeda waktu yang berbeda dengan Indonesia, hal ini akan menjadi sumber stres sendiri. Biasanya setelah kelelahan akibat naik pesawat selama berjam-jam, kita harus menyesuaikan diri pada lingkungan serta perbedaan waktu yang membuat stres. Bagi para wanita, hormonal time juga dapat membuat stres. Misalnya pada saat sebelum dan saat menstruasi, serta saat menghadapi menopause. Wanita menjadi lebih sensitif serta mudah tersinggung.

Kedua, stres akibat eating & drinking habits. Ada sebagian orang yang mengalami malnutrisi (kekurangan gizi), tetapi ada juga beberapa orang yang mengalami overnutrisi. Hal lain yang dapat menjadi sumber stres adalah terlalu banyak mengkonsumsi junk food, kopi, teh, drugs, serta alkohol. Pengkonsumsian makanan yang berbahaya ini kadang membuat stres bagi banyak orang karena dapat menimbulkan penyakit pada diri mereka.

Ketiga, stres akibat noise polution. Gangguan suara seringkali terjadi pada kita yang tinggal di kota-kota besar. Disana aktivitas perkantoran, perindustrian serta kemacetan lalu lintas seringkali menimbulkan suara yang bising. Suara ini seringkali mengganggu konsentrasi kita dalam mengerjakan sesuatu dan membuat stres bagi kebanyakan orang. Bagi orang-orang yang menyukai suasana tenang, noise polution dapat menjadi salah satu penyebab stres utama dalam kehidupannya.

Terakhir, stres akibat climate & altitude. Stres in terjadi biasanya karena adanya perubahan iklim. Misalnya bagi kita yang senang mendaki gunung, seringkali pergantian cuaca yang ekstrim dapat menimbulkan hyperthermia. Bagi kita yang senang bepergian ke negara-negara bagian Barat, seringkali suhu udara yang dingin membuat kita tidak nyaman akan diri kita sendiri.

Selain dari aspek bioekologi, stressor dapat muncul dari pekerjaan. Seseorang dapat mengalami stres pada pekerjaan yang berasal dari organisasi itu sendiri, lingkungan pekerjaan, faktor biologis pada lingkungan pekerjaan, serta kelelahan pribadi. Kita tentu dapat mengalami stres jika memperoleh gaji yang tidak sesuai dengan kemampuan kita, entah gaji kita kecil atau besar. Selain itu, jam kerja yang rutin juga dapat menimbulkan kebosanan bagi beberapa orang sehingga menimbulkan stres jika tidak diatasi dengan baik.

Stres juga dapat bersumber dari aspek psikososial. Perubahan yang terjadi dalam kehidupan kita, dapat menjadi salah satu sumber stres. Misalnya ketika kita masuk kuliah pada hari yang pertama, pindah rumah, menikah, melahirkan seorang anak, dsb, merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidup kita dan dapat mengakibatkan stres. Remaja juga memiliki sumber stres mereka sendiri. Keadaan keluarga, tuntutan dari lingkungan sekitar, persahabatan, masalah self-esteem, sampai masalah percintaan dapat menimbulkan stres di kalangan remaja.

Coping with Your Stress
Setelah kita mengenal reaksi stres pada diri kita serta sumber stres kita maka langkah selanjutnya adalah mengatasi stres itu sendiri. Stres tidak dapat kita hindari, yang dapat kita lakukan adalah mengenali reaksi stres kita, sumber stres tersebut, serta mengoptimalkan stres kita. Ini adalah langkah terakhir untuk mengatasi stres sekaligus merupakan langkah terpenting.

Secara umum, terdapat dua cara untuk mengatasi stres kita, yaitu problem focus dan emotion focus. Problem focus, adalah cara mengatasi stres dengan memfokuskan diri pada masalah atau sumber stres kita. Cara ini dapat kita lakukan jika masalah yang kita alami bersifat controllable. Contohnya, kita mengalami kesulitan dalam mengikuti suatu mata kuliah tertentu. Kita juga khawatir apabila mata kuliah ini akan menurunkan indeks prestasi kita. Maka hal yang dapat kita lakukan (berdasarkan problem focus) adalah tidak mengikuti dan membatalkan mata kuliah tersebut.

Cara yang kedua adalah emotion focus, dimana kita mengatasi stres dengan cara memfokuskan diri dengan emosi yang kita alami. Cara ini biasanya dilakukan ketika kita menghadapi masalah yang bersifat uncontrollable (tidak dapat kita kontrol). Contohnya ketika kita merasa stres akibat kehilangan saudara karena bencana tsunami, hal yang dapat kita lakukan misalnya berdoa agar diberikan kekuatan oleh Tuhan dalam menghadapi masalah ini. Kedua cara tersebut, problem atau emotion focus, sebenarnya tidak ada yang lebih baik. Cara tersebut dapat kita lakukan tergantung pada masalah apa yang kita alami.
Source : Panduan Materi bagi fasilitator


Jika Anda tidak bisa menjadi orang pandai,
jadilah orang yang baik
 - untitled -

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar